Akhlak adalah
salah satu bagian yang ada pada diri manusia.
Akhlak sangatlah berperan bagi kehidupan manusia, baik buruknya
seseorang dilihat dari akhlak yang ia miliki. Menurut Iman Al Ghazali, akhlak
merupakan gambaran tentang keadaan dalam diri manusia yang telah sebati dan
daripadanya terbit tingkah laku secara mudah dan senang tanpa memerlukan
pertimbangan atau pemikiran.
Setiap manusia
khususnya umat Islam yang beriman kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala harus memiliki akhlak yang
mulia. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah diutus oleh Allah Subhanallahu wa ta'ala untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia. Allah Subhanallahu wa ta'ala berfirman dalam al Qur-an surat al-Qolam ayat 4: “Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Akhlak
yang mulia merupakan tanda dan hasil dari iman yang sebenarnya, karena
tidak ada nilai iman bagi yang tidak disertai dengan akhlak.
Jika seorang
muslim dapat memiliki akhlak yang baik, maka derajat orang tersebut sama halnya
dengan orang yang selalu mengerjakan puasa dan melaksanakan sholat pada malam
hari. Aisyah ra berkata, saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin yang dapat mengejar budi pekerti yang baik, derajat
orang itu sama seperti orang yang terus menerus berpuasa dan salat malam.” (HR.
Abu Daud)
Setiap muslim
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi baik atau bahkan buruk, namun
masalahnya adalah sejauh mana usahanya untuk mengejar nilai-nilai dan amalan
Islam agar ia bisa menjadi muslim yang berakhlak baik. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Ya Uqbah, maukah kamu ku beritahukan tentang akhlak penghuni dunia dan
akhirat yang paling utama? Yaitu menghubungi orang yang memutuskan hubungan
denganmu, memberi orang yang menahan pemberiannya padamu dan memaafkan orang
yang pernah menganiayamu.” (HR. Hakim)
Hadits di atas
menjelaskan ada tiga sifat yang akan mengantarkan manusia kepada akhlak mulia
baik di dunia maupun di akhirat kelak. Pertama, menghubungi orang yang
telah memutuskan hubungannya dengan kita. Seperti yang telah kita ketahui, bahwa
manusia adalah makhluk sosial, artinya tidak bisa hidup sendiri. Dalam hidupnya
ia memerlukan bantuan atau dorongan baik itu dari keluarganya sendiri maupun
dari tetangga dan para kerabatnya. Untuk itu, Islam sangatlah menganjurkan
kepada umatnya agar bisa membangun dan menjaga tali persaudaraan. Jika ada yang
memutuskan tali persaudaraan tersebut, maka akan membuat orang itu tidak bisa
masuk ke dalam surga. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, “Tidak masuk surga
orang yang memutuskan (yakni memutuskan silaturrahim).” (HR. Ahmad,
Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Kedua, memberi kepada orang yang tidak suka memberi. Salah satu kewajiban
manusia adalah saling tolong menolong antar sesama dan itu merupakan perbuatan
yang sangat mulia. Menolong sesama hendaknya tidak pandang bulu. Meskipun orang
yang membutuhkan pertolongan itu adalah orang yang tidak suka menolong atau
memberi, maka kita harus tetap menolong orang tersebut karena kebakhilan adalah
perbuatan yang tidak baik. Allah Subhanallahu wa ta'ala berfirman dalam al Qur-an surat al-Imron
ayat 180: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil
dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. “
Ketiga, memaafkan orang yang telah menganiaya. Ketika seseorang telah
menganiaya kita, maka alangkah baiknya sebagai orang yang beriman kepada Allah Subhanallahu wa ta'ala, kita dapat memaafkan kesalahannya. Allah Subhanallahu wa ta'ala sangat menyukai hamba-Nya
yang suka memaafkan kesalahan orang lain yang telah menganiayanya. Sebagaimana
firman Allah Subhanallahu wa ta'ala dalam al Qur-an al-Imron ayat 133-134: “Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” Dan
kesalahan yang ia lakukan biarlah menjadi urusannya dengan Allah Subhanallahu wa ta'ala.
Kemuliaan
manusia jelaslah tergantung kepada akhlak yang ia miliki. Jika ia baik dan
memiliki akhlak yang baik, maka Allah Subhanallahu wa ta'ala dan Rasul-Nya akan menyukainya.
Selain itu, orang yang berakhlak baik akan memiliki banyak teman. Ia tidak akan
pernah merasa sendiri dan kesepian dalam menjalani kehidupannya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar