Selamat Datang dan Selamat Membaca
Tampilkan postingan dengan label sweet story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sweet story. Tampilkan semua postingan

You Raise Me Up (bagian 18)

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, Mika dan Erik melaksanakan wisuda bareng. Mika Nampak bahagia, tak terasa air matanya jatuh saat melihat Erik berjalan di atas panggung menuju bapak rektor dengan seragam wisudanya. Setelah selesai, mereka pun foto bersama. Akhirnya keinginan mereka wisuda bareng pun tercapai. Teman-teman seangkatan yang telah lulus duluan pun datang dan mengucapkan selamat kepada mereka.
Seiring berjalannya waktu, ada yang berbeda pada Erik. Dia seperti menghindari Mika. Pernah suatu saat tanpa disengaja mereka bertemu di kosan Zahra, sikap Erik begitu dingin seolah dia mengganggap Mika tidak ada. Mika pun merasa kebingungan, ingin rasanya dia mencari tahu atas perubahan Erik, namun keinginannya pun dia urungkan. 
Hari berganti hari, kebersamaan mereka pun sudah tak terlihat. Mika samakin sedih, Mika ingin seperti dulu lagi. Namun, semua itu hanya harapan kosong. Dia selalu meyakinkan hatinya bahwa mungkin dengan seperti ini Erik akan bahagia. Akhirnya untuk menghilangkan kesedihan yang setiap hari mengganggunya, Mika pun mencoba  melakukan hal-hal yang bisa membuatnya melupakan Erik. 
Mika juga mencoba melamar ke beberapa perusahaan dan juga ke salah satu sekolah.  Sampai akhirnya, Mika diterima di sebuah sekolahan. Dan ternyata dalam waktu bersamaan, Mika mendapat kabar dari temannya bahwa Erik mendapatkan pekerjaan di luar kota. Hati Mika bahagia bercampur sedih. Bahagia karena akhirnya Erik pun mendapatkan pekerjaan apalagi dalam waktu yang sama. Sedih karena kesempatan mereka bertemu semakin sulit. Ingin rasanya dia bertemu dengan Erik, namun itu semua tidak mungkin. Mika pun hanya bisa pasrah dan percaya bahwa ini sudah diatur oleh-Nya dan mungkin inilah yang terbaik untuk mereka.  
Ternyata tidak bisa dipungkiri bahwa Mika masih menyayangi Erik. Dan dalam hati Mika pun sampai sekarang masih bertanya-tanya tentang perasaan Erik terhadapnya. Apakah Erik memiliki perasaan yang sama? ataukah sebaliknya karena Erik sudah menghindarinya, mungkin itu pertanda bahwa Erik tidak memiliki perasaan apapun pada Mika. 

Sampai saat ini, Mika hanya bisa pasrah. Bagi Mika, Erik adalah seorang malaikat yang telah Allah turunkan kepadanya ketika kesedihan melanda Mika. Erik memberikan cahayanya dikala redup menghampiri Mika. Erik adalah sebuah keajaiban yang selalu memberikan warnanya di hari-hari Mika. Erik adalah segalanya untuk Mika walaupun sekarang semuanya sudah hilang. Namun, dalam doanya bukan pertemuan dengan Erik yang dia minta, tapi Mika hanya meminta kesehatan dan perlindungan Allah selalu menyertai Erik... :)  

You Raise Me Up (bagian 17)

Dua bulan kemudian Erik mendaftarkan diri untuk sidang. Kelihatannya Erik Nampak bahagia. Akhirnya Erik bisa menyelesaikan skripsinya. Mika pun ikut bahagia. Di hari sidang Erik, Mika sengaja menyempatkan waktunya untuk melihat Erik. Dia pun berangkat bersama Tina.
“Ka, Eriknya mana? Kok belum kelihatan?” Tanya Tina
Mika hanya menggelengkan kepalanya dan matanya menengok kiri kanan mencari Erik.
“kamu udah sms dia belum?”
“belum” jawab Mika lurus
“hah? Kenapa nggak kamu sms aja?”
“hehe.. sebenarnya Erik belum tahu kalo aku ke sini dan kayanya jangan sampai dia tahu deh”
“ya elah, kok gitu.. udah sih sms dia aja!” 
Mika hanya tersenyum. Akhirnya dia pun mengirim pesan pada Erik untuk menanyakan posisi Erik sekarang. Erik pun membalasnya dan dia malah balik menanyakan posisi Mika. Karena Mika tidak bisa bohong, akhirnya dia pun memberi tahu Erik.
Beberapa menit kemudian, Erik datang. Muka Erik kelihatan bahagia banget. Mika pun langsung memberi selamat. Sementara Tina masih menunggu di kolidor fakultas.
“kamu sama siapa ke sini?” Tanya Erik
“itu sama Tina” jawab Mika sedikit gugup sambil menunjuk ke arah Tina
“o.. oya kenalin ini teman aku” ujar Erik sambil memperkenalkan seorang cewe di belakangnya
Sikap Mika pun berubah. Dia menjadi nggak karuan tapi dia pun bersalaman dengan cewe itu.
Setelah bersalaman, Mika pun langsung pergi meninggalkan Erik seolah tidak mau melihat cewe itu. Beberapa kali Erik memanggilnya, namun Mika tidak menghiraukannya dan berpura-pura tidak mendengar. Mika terus berlalu menuju luar fakultas.
 “aduuh kenapa ya ko aku bisa-bisanya bersikap kaya gini, padahal Erik belum jadi cowoku” gerutu Mika dalam hati. Ingin rasanya Mika menghampiri Erik lagi, namun karena ada rasa cemburu dia pun terus berlalu meninggalkan Erik. 
Sesampainya di luar fakultas, ternyata di sana ada Luky yang sedang berkumpul bersama teman-temannya begitu pun dengan Tina ikut bergabung dengan mereka. Hati Mika sedikit deg-degan. Luky adalah salah satu cowo yang pernah dekat dengannya. Mereka sangat dekat. Namun, lama-lama Luky menyukai Mika tapi Mika menolaknya. Sampai akhirnya mereka sudah jarang bertemu bahkan tidak pernah terlihat berdua lagi. Setiap kali Mika bertemu Luky, hatinya menjadi nggak karuan dan merasa serba salah. Padahal dalam hatinya, Mika pengen tetap jadi sahabat Luky. Namun, sikap Luky yang berbeda menjauhi Mika dan di kampus pun Luky sudah jarang nongkrong lagi.
“eh Ka apa kabar?” tanya Luky
Mika sedikit terkejut campur senang ketika Luky menyapanya. Akhirnya Luky menyapanya setelah sekian lama mereka seperti tidak saling mengenal. Mika pun memberanikan diri menghampiri Luky.  Tina hanya senyum-senyum seolah menggoda mereka karena dia sudah mengetahui hubungan antara Mika dan Luky dulu.
“Alhamdulillah baik kak” jawab Mika
 “pasti lagi sibuk ya udah jarang kelihatan” Tanya Luky
“yey bukannya kebalik ya? Kak Luky yang jarang kelihatan,,he”
Luky hanya senyum-senyum. Luky memang baik. Tapi bagi Mika selain sahabat, Luky pun sudah dia anggap sebagai kakak. Jadi tidak mungkin dia menerima Luky apalagi Luky adalah mantan Yuni teman Mika dulu di sebuah organisasi kampus.
Luky dan Mika pun mengenang kembali masa-masa mereka dekat dulu. Karena asik mengobrol dengan Luky, Mika pun tidak menyadari kedatangan Erik yang berdiri di sampingnya.
“Ka, aku nitip ini donk” ujar Erik sambil memberikan selembar kertas
Mika dan Luky pun saling pandang. Sementara tangan Erik masih memegang kertasnya karena Mika masih sedikit mencuekin Erik. Namun, akhirnya tanpa busa-basi, Mika pun mengambil kertas yang Erik berikan dan malah menitipkannya pada Luky. Sementara dia pergi ke dalam fakultas seolah menghindari Erik.
Beberapa menit kemudian, Erik menyusulnya dan memberikan selembar kertas tadi.
“Ka, ini aku nitip dulu” ujar Erik sambil memberikan kertasnya
“iya-iya” jawab Mika sedikit ketus
“ke kosan aku yuk, tapi aku mau nganter teman dulu” ajak Erik pada Mika
Mika pun melihat ke arah cewe di samping Erik dan menolak ikut ke kosan Erik. Erik pun pamit dan meninggalkan Mika.
“Ka, kamu kenapa sih?” tiba-tiba Tina menghampiri Mika
“aku sedikit sebel Na” jawab Mika sedikit ketus
“memangnya kenapa lagi?kasihan tuh Erik. Kamu tega banget padahal dia nitip kertasnya ke kamu tapi kamu malah kasih ke kak Luky”
“aku juga bingung Na, ko bisa-bisa aku kaya gitu. Aku benar-benar reflek bersikap kaya gitu”
Mika pun menceritakan kejadiannya dengan Erik tadi. Setelah Tina mendengarkan cerita Mika. Dia pun hanya tertawa.
“Mika..Mika, jadi kamu cemburu ya?” ledek Tina
Mika hanya terdiam dengan muka kusut.
“udah sih, bukannya Erik bilang kalo cewe itu temannya?”

Mika menganggukkan kepalanya. Tina pun langsung mengajak Mika pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah Tina, ternyata Mika masih kepikiran Erik. Tanpa mikir panjang, dia pun langsung menanyakan kepada Erik. Setelah Erik menjelaskan tentang cewe itu. Mika pun menjadi merasa bersalah pada Erik dan  tidak seharusnya Mika bersikap seperti itu karena Erik bukan siapa-siapanya. Sementara Tina terus menggoda Mika.  

You Raise Me Up (bagian 16)

Jadwal sidang pun sudah tinggal beberapa jam lagi. Mika Nampak asik menyiapkan untuk sidang nanti. Hatinya sedikit deg-degan, apalagi ketika dibacakan pengumumuman para dosen penguji. Mika pun mengirim sms pada Erik. Akhirnya mereka pun saling membalas sms. Erik memberi semangat pada Mika. Hati Mika menjadi tenang.
Tak terasa sidang pun dimulai. Mika pun menunggu panggilan dari dosen penguji.
“gimana Ka deg-degan nggak?” Tanya Radit
“lumayan sih,,hhe”
“loh kamu nggak bawa buku Ka?” Tanya Radit sambil melihat kiri kanan Mika
Mika hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
“serius lo? Terus kalo ditanya penguji gimana?”
“aduh ngapain repot bawa buku, tau nggak aku Cuma bawa makanan aja,,hhe”
“hah dasar lu, seriusan? Padahal aku bawa buku banyak ni soalnya takut ditanya”
“serius lah, hhe.. tadinya aku mau bawa tapi berat dan ribet, jadinya nggak deh,,hhe”
“iya iya bener lagian penguji juga nggak bakal nanya semua, tapi tanggung bawa nih”
“ya udah nggak apa-apa Dit,,hhe”
Sementara Mika asik ngobrol dengan Radit. Ternyata dari kejauhan Rani memanggil-manggil Mika.
“eh Ka, dipanggil Rani tuh” ujar Radit
Mika pun langsung menengok ke arah Rani. Ternyata tiba giliran Mika. Mika pun langsung bergegas menuju ruang penguji. Dua penguji duduk bersebelahan, Mika menghampiri keduanya. Jauh dari bayangan Mika selama ini tentang sidang yang akan membuatnya deg-degan. Ternyata sidang itu lebih enjoy dan Mika pun sangat menikmati, tanpa ada rasa deg-degan dan rasa takut.
Sudah lebih 15 menit Mika sudah berada di dalam ruangan. Akhirnya selesai juga. Dari kejauhan Nampak teman-teman Mika sedang menunggunya.
“gimana Ka sidangnya?” Tanya Radit penasaran
“ya gitu, Alhamdulillah nggak ada masalah”
“wah syukur atu” ujar Dimas
“emang kalian belum ya?”
“aku belum, tapi kalo Dimas udah” jawab Radit
“iya Ka, gw udah tadi lumayan sedikit grogi” tambah Dimas
“grogi kenapa gitu? Pengujinya galak ya?hhe”
“nggak untungnya  baik tapi tetep grogi sih”
“eh giliran aku ni, doain aku ya” ujar Radit sambil berlalu pergi menuju ruangan sidang
Mika dan Dimas pun menyemangati Radit.
“Ka habis ini lw mau kemana?”
“belum tau nih, emangnya kenapa?”
“nggak Cuma nanya aja,,hhe.. “
“Eh Mas, kayanya aku harus membeli sesuatu dulu deh, nanti aku balik lagi ke sini” pamit Mika
“ok deh”
Mika pun langsung pergi ke suatu tempat. Hari ini dia sudah janji untuk membelikan tas untuk adiknya. Setelah selesai. Mika kembali ke kampus dan mendengarkan pengumuman kelulusan.

Alhamdulillah Mika lulus dengan hasil yang baik. Mika pun langsung mengabarkan kabar gembira itu kepada orang tuanya dan juga pada Erik.

You Raise Me Up (bagian 15)

        Seperti biasa Mika pergi ke kosan Erik untuk mengerjakan sripksi bareng. Setibanya di kosan, dilihatnya beberapa teman sekelasnya sedang berkumpul.
“eh Mika, sendiri aja?” sapa Abuy
“eh ada Abuy, gimana kabarnya?”
“baik, kamu bawa apa?”
“aku nggak bawa apa-apa eum. Kalian udah lama di sini?”
“udah donk kan nunggu kamu” jawab Kiki
“haha cius?” ujar Mika sedikit nyengir
“oya Ka kamu sidang bulan sekarang kan?” Tanya Abuy
“eum, nggak tau ni masih belom beres” jawab Mika sambil melihat Erik yang dari tadi Cuma diam
“nah loh bukannya kamu udah beres kan?”
“iya sih tapi tau deh, mudah-mudahan aja bisa,,hhe”
“pulang yuk!” ajak Kiki
“kok pulang sih? Baru juga aku datang” Tanya Mika penasaran
“yey kita udah lama tau, kamu nya lama” tambah Abuy
          Kiki dan Abuy pun pulang. Di kosan tinggal ada Mika dan Erik serta teman-teman satu kosan Erik lainnya.
“kamu kenapa nggak sidang sekarang?” Tanya Erik
“nggak tau kan masih belum beres,,he”
“ko gitu, bukannya kamu udah beres? Ya udah mendingan kamu sidang sekarang aja!”
“iya gimana nanti aja” jawab Mika sambil mulai membuka laptop.
          Mereka pun mulai mengerjakan skripsi  dan sibuk mencari bahan-bahan skripsi di buku-buku kuliah dan contoh skripsi yang sudah jadi.
“Ka, lapar nggak? Kamu belum makan kan?” Tanya Erik
“iya sih lapar, hhe”
“ya udah kita makan dulu, kamu mau pesan apa?”
“apa aja deh tapi jangan yang pedes ya”
       Erik pun langsung memesan beberapa makanan ke warung nasi langganannya. Beberapa menit kemudian pesanan makanan pun datang. Mika dan Erik serta beberapa teman Erik pun langsung makan bersama.
         Tak terasa hari semakin sore. Mika pun pamit pulang. Erik mengantarkannya sampai ke tempat angkot.
“maaf ya nggak dianter soalnya nggak ada motor nih” ujar Erik
“iya nggak apa-apa ko”
“makasih ya dan hati-hati”
             Mika pun tersenyum dan menumpangi angkot yang sejak tadi menunggunya.
***
           Terdengar suara telpon. Ternyata Juli yang menelpon. Mika pun mengecilkan musik yang dari tadi dia dengar di laptopnya. 
“iya Jul, ada apa?” Tanya Mika
“ih kamu, Jul Jul aja”
“hhe maaf-maaf, ada apa Li?”
“nggak apa-apa Cuma pengen nelpon aja,,hhe.. kamu lagi ngapain?”
“haha ketahuan yang lagi kangen, pasti kangen aku ya...hhe Aku lagi dengerin musik aja” ledek Mika
“iya kangen ikh,,hhe. Oya Ka kamu sidang sekarang kan?”
“nggak tau ni Li, bingung”
“bingung kenapa? Katanya pengen cepat sidang?”
“iya sih, tapi gimana ya?”
“o.. gara-gara Erik ya?” potong Juli
“aku nggak enak sama Erik Li, dia kan pengen sidang bulan sekarang juga tapi skripsinya belum beres. Jadi nggak tega Li”
“ko gitu sih, kamu sampai segitunya. Ka, kalo menurut aku mendingan kamu sidang aja kan kalo kamu udah sidang, kamu bisa fokus bantuin Erik, bener kan?”
“iya sih Li, tapi aku beneran nggak tega Li”
“ah kamu, udah jangan bingung-bingung”
“iya Li, gimana nanti aja,,hhe.. “

            Mereka melanjutkan dengan bercanda-canda. Sampai akhirnya mereka mengakhiri telponnya. Mika pun bergegas tidur karena waktu sudah semakin larut.  
***  
           Hari ini seperti biasa dia pergi ke kosan Erik. Namun, ada yang beda pada Mika, mukanya kelihatan pucat banget. Sesampainya di kosan Erik, mereka pun langsung mengerjakan skripsi. Beberapa jam mereka mengerjakan skripsi, badan Mika terasa panas, ternyata penyakitnya kambuh lagi. Mika pun merasa tidak enak pada Erik. Dia berusaha menahan kesakitannya.
           Hari semakin sore, Mika pun pamit pulang. Badannya semakin terasa panas dan batuk tidak berhenti. Ketika Mika bersiap-siap untuk pulang, ternyata Erik pun bersiap-siap untuk mengantarkan Mika. Dan ini pertama kalinya Erik mengantarkan dia pulang. Hati Mika merasa senang, walaupun dalam hati dia merasa nggak enak karena nanti Erik harus bulak balik. Tapi kali ini dia benar-benar butuh seseorang untuk mengantarnya pulang karena kondisi badannya yang down.
           Di tengah perjalanan mereka hanya diam tanpa bercakap. Namun, ketika Erik menjalankan motornya dengan kencang, spontan tangan Mika menarik baju Erik. Erik pun meledek Mika. Mika pun menjadi malu.
Sesampainya di depan rumah Mika, Erik langsung pamit pulang. Mika merasa khawatir pada Erik karena hari menjelang magrib namun penampilan Erik begitu cuek tanpa jaket atau baju yang bisa menutupi rapat tubuhnya. Mika khawatir Erik sakit. Akhirnya Mika pun menawarkan Erik jaket tapi Erik menolaknya dan langsung pamit pulang.
       Sementara Mika berjalan menuju kamarnya. Dia pun langsung berbaring di kasurnya. Badan Mika semakin panas. Neneknya yang mengetahui keadaannya langsung memberikan obat dan beberapa makanan. Setelah minum obat, Mika pun tertidur.
***
         Dua minggu Mika terbaring sakit. Dia merasa khawatir pada Erik karena belum bisa menemani Erik lagi. Setelah sembuh, Mika pun kembali menemani Erik. Namun, sampai batas yang ditentukan, ternyata Erik belum bisa mengikuti sidang bulan sekarang. Mika pun semakin bingung. Di sisi lain Mika ingin mengikuti sidang bulan sekarang, namun di lain sisi dia merasa nggak tega sama Erik.
         Akan tetapi, Mika menjadi takut jika dia harus menunda sidang, teman-teman yang lain mengira karena Erik. Akhirnya dia pun mendaftarkan diri untuk ikut sidang. Mika pun bergegas menuju kampus. Di tengah jalan Mika bertemu dengan Radit teman satu jurusannya. Mereka pun akhirnya pergi bersama ke fakultas.
Nampak di depan ruangan TU telah banyak mahasiswa yang sedang antri mendaftar untuk sidang. Tiba giliran Mika, dia langsung memberikan berkas-berkas persyaratan sidang kepada TU.
“gimana udah beres Ka?” Tanya Radit
“o iya Dit, udah ko”
“habis ini mau kemana?”
“kayanya aku mau ke rumah teman deh, jadi aku duluan ya”
“o, gitu.. ya udah kalo gitu”
          Mika pun langsung meninggalkan Radit. Dia menuju rumah Tina karena hari ini dia mau menginap di rumah Tina.
***
“gimana Ka, kamu jadi daftar sidang sekarang?” Tanya Tina
“iya jadi” jawab Mika melemas
“sama Erik juga kan?”
          Mika hanya menggelengkan kepalanya.
“jadi Erik nggak sidang sekarang? Kenapa?”
“aku jadi nggak tega Na, tadinya aku juga nggak akan daftar sekarang tapi nggak enak ama yang lain juga sih”
“o, ya udah lah nggak apa-apa yang penting sekarang kamu bisa sidang, nanti juga Erik menyusul. Tapi emang sih kasian ya Erik bukannya kata kamu dia pengen banget ikut sidang sekarang?”
        Mika hanya menghela nafasnya dengan muka sedikit cemberut. Melihat wajah Mika yang cemberut, Tina pun menghiburnya dengan mengajak nonton film yang baru dia beli. 

You Raise Me Up (bagian 14)

Suatu hari di rumah Tina. Mika dan Tina asik menonton film favoritnya. Sudah lama mereka tidak bertemu dan menonton bareng. Sudah lama juga mereka tidak saling bercerita. Semenjak Tina sibuk dengan anak-anak didiknya, mereka sudah jarang bertemu kecuali berkomunikasi melalui ponselnya. Apalagi Wiwit yang sudah mempunyai anak dan rumahnya pun cukup jauh, sehingga perlu banyak waktu untuk pergi berkunjung.
“aduh filmnya bikin sedih” ujar Tina terdengar isak tangisnya
“emang,, makanya aku bawa ke sini juga,,hhe” jawab Mika
“bener ya bikin tisuku habis aja”
“ah lebay banget lw, oya kangen Wiwit. Lagi apa ya dia? Sms aku kemarin belum dia balas”
“sibuk kali, seminggu yang lalu dia sms, eh pas aku balas dia malah ngelelep, baru tiga hari kemudian dia ngebalas”
“kalo minggu kemarin ke aku juga sms sih tapi aku lupa balas,,he”
“uh dasar,, oya gimana hubunganmu sama kang tae jon mu?hihi”
“haha enak aja lw kang tae jon, film kali… hhe… ya gitu deh biasa aja”
“ya nggak asik ah kalian”
“maksud lo? Emang harus gimana gitu?”
“kamu masih ngarepin dia kan?”
“hmzz… nggak tau” ujar Mika sambil mengutak-ngatik hp nya. Tina pun mengecilkan volume laptopnya dan menghampiri Mika.
“kamu kenapa sih jadi gitu? Ada masalah lagi? Cerita donk dan kayanya udah lama ya aku nggak denger cerita kamu”
Mika hanya tersenyum. Keadaan menjadi hening. Tina menatap Mika dengan tajam.
“yey apaan sih serius amat?” Tanya Mika sambil memberikan boneka yang dari tadi dipegangnya.
“hahaha… habisnya kamu dari tadi ditanya malah kaya gitu”
“Na, kayanya aku harus lupain Erik tapi gimana caranya ya?”
“hah, kenapa ko ngomong gitu?” Tanya Tina sedikit kaget. 
“nggak tau deh, aku sendiri bingung. Sekarang aku Cuma pengen amnesia aja. Salah nggak sih kalo aku sayang dia?”
“heran deh tiba-tiba kamu nanya kaya gitu, ya nggak ada yang salah donk, hati maa siapa yang tau kan? Ah kamu maa aneh-aneh aja, bukannya kamu sendiri yang selalu bilang kalo hati nggak pernah bohong jadi kenapa sekarang harus disalahin, kalaupun salah… tau deh jadi bingung gw”
“sebenarnya aku sakit hati ma Erik, dia bilang kalo aku nggak ngerti. Maksudnya nggak ngerti kenapa bisa suka ma dia?”
“hah, Erik bilang gitu?”
“emang sih aku juga setuju ma dia, kenapa aku suka dia, kenapa harus dia?? Pas Erik bilang gitu, sebenarnya aku pengen banget bilang kalo aku juga nggak ngerti sama hati sendiri jadi dia jangan seenaknya bilang kaya gitu. Tapi tau lah..”
“kenapa kamu nggak bilang semua aja? Kadang aku juga berpikir kenapa kamu suka sama Erik? apa yang kamu suka dari dia? Selama ini kamu dekat  ama beberapa cowo, mereka semuanya baik dan mereka ternyata suka ma kamu, tapi kamu tolak. Sekarang kamu malah suka Erik dan malah dia cowo yang bisa bikin kamu benar-benar lupain Tara. Tapi aku nggak bisa marah-marah dan nyalahin kamu karena itu semua karena hati”
Mika hanya cengengesan sambil kembali mengutak-atik Hp. Mukanya sedikit memerah, air matanya seakan berebut ingin keluar, namun Mika mencoba untuk menahannya.
“sekarang kenapa kamu menyerah, ayo kejar dia?!” tambah Tina
“kamu? Emang aku cewe apakah? Nggak lah masa aku yang harus deketin dia? Lagian aku nggak mau gara-gara ini, Erik jadi benci dan nggak mau bersahabat lagi”
“ya elah, Erik bukan cowo seperti itu. Dan maksud aku tuh bukan kamu yang duluan tapi aku pengen kamu jangan menyerah gitu aja”
“hmmmzzz,, tau ah Na, aku udah bilang ke dia kalo aku udah nggak suka lagi ma dia dan aku pengen bantu dia dapetin cewe yang dia suka”
“apa? Nggak salah? Kamu tuh benar-benar ya, kenapa harus bohongin dia, bohongin kamu, dan membiarkan hati kamu terluka? Nggak ngerti deh gw”
Air mata yang dari tadi berebut ingin keluar, akhirnya keluar juga. Mika pun sedikit berteriak.
“maaf bukan maksudnya bikin kamu sakit hati, tapi….”
Belum selesai Tina bicara, Mika pun memotongnya..
“iya Na, nyantai aja aku nggak apa-apa ko. Aku memang nggak bisa bohong sama perasaan sendiri, tapi kadang aku takut dan aku emang berniat untuk nggak pacaran lagi, ternyata pacaran tuh kaya gitu ya? Aku nggak mau sampai terulang lagi. Kamu ngerti kan?”
“terus kalo suatu saat Erik juga suka kamu gimana?”
“wah nggak akan mungkin lah” jelas Mika sambil mengerutkan keningnya. 
“eh gw kan bilang, seandainya dia suka”
“hmzz,, ntahlah tapi rasanya nggak akan mungkin. Lagian mana mau dia sama aku. Mantannya aja cakep”
“mmm,, mulai deh membandingkan”
“hhe.. oya Na aku udah lama nggak ziarah ke makam alm. Nisa. Kalo kamu ada waktu, anter aku ya”
“o iya ya insya allah, aku juga kan belum pernah ke makamnya.”
“eh, kamu kemana aja?hhe.”

 Mereka pun mulai menonton film lagi sampai tak terasa waktu sudah semakin sore. Akhirnya Mika pun pamit pulang.
***  
“Ka, maaf ya aku nggak bias nganter kamu” ujar Tina dalam telponnya
“o.. ya udah nggak apa-apa”
“sekali lagi maaf ya, oya kenapa nggak ajak Juli atau Zahra aja?”
“ok deh aku coba ajak mereka, ya udah ya aku mau hubungi mereka dulu”
Mika pun menutup telponnya. Dia langsung menghubungi Juli dan Zahra. Namun, sayang mereka pun tidak bisa mengantarnya. 
Akhirnya Mika pun memberanikan diri meminta antar pada Erik. Ketika pertama kali dia mengetikan sms untuk mengajak Erik, hati Mika terasa deg-degan karena baru kali ini dia meminta tolong Erik untuk mengantarnya pergi ke suatu tempat. Ada keraguan dalam hatinya bahwa Erik akan menolaknya. Tapi dia mencoba mengirimkan smsnya.
Setelah sms itu terkirim, hati Mika semakin deg-degan menunggu balasan. Sudah hampir sepuluh menit, Erik pun belum membalasnya. Akhirnya Mika pun pasrah karena mungkin Erik lagi sibuk atau tidak memiliki pulsa untuk membalasnya. Mika pun langsung menyimpan hp nya dan kembali meneruskan hobinya mencurat-coret di laptop.
Hp Mika berdering, ternyata balasan sms dari Erik. Perlahan dengan hati deg-degan, Mika pun membaca pesan smsnya.
“nggak tau eum, soalnya besok tuh aku ada janji mau ke rumah teman, emang kamu mau diantar kemana?” isi balasan Erik
Setelah membacanya, Mika sedikit sedih namun dia tidak mungkin memaksa Erik. Mika pun membalas smsnya.
“o gitu ya, ya udah kalo kamu memang nggak bisa nggak apa-apa kok J. Tadinya aku pengen dianter ke suatu tempat, aku lagi kangen seseorang” jawab Mika
“o.,, ya udah kalo gitu besok aku hubungi kamu lagi ya” jawab Erik
“ok deh J
Malam semakin larut. Mika merasa gelisah menunggu hari esok. Menunggu kabar Erik. Dalam hatinya bertanya-tanya, kabar apa yang bakal dia dapat dari Erik. Namun, akhirnya Mika pun tertidur.
***
Pagi-pagi sekali Mika sudah bangun, namun belum ada kabar dari Erik. Dia pun memutuskan untuk pergi sendiri. Tapi ketika Mika mau pergi, Erik pun menghubunginya. Erik memberi tahu bahwa dia mau mengantar Mika. Mika pun senang dan langsung bergegas ke kosan Erik.
Sesampainya di kosan Erik, nampak Erik sedang asik mengobrol dengan teman-temannya. Setelah melihat Mika, Erik pun bersiap-siap, sementara Mika menghampiri teman-teman Erik sambil menunggu Erik.
Beberapa menit kemudian, Mika dan Erik berangkat menuju tempat yang mau Mika kunjungi. Sebuah makam tempat istirahat terakhir sahabatnya Nisa yang telah pergi meninggalkannya.
Sesampainya di pemakaman, Mika langsung mencari makam sahabatnya itu. Keadaan makam sangat berbeda jadi dia merasa kesulitan mencarinya. Erik yang dari tadi mengikuti di belakangnya nampak ikut mencari.
Akhirnya, makam sahabatnya pun ketemu. Mika langsung berjongkok di samping makam dan mulai mendoakan sahabatnya. Begitu pun dengan Erik, dia berdiri di samping Mika.
Setelah selesai, Mika dan Erik pun pulang. Hati Mika merasa senang karena bisa mengunjungi makam sahabatnya. Kerinduannya pun sedikit terobati.
“gimana kamu sudah pesan?” Tanya Erik
Mika pun terbengong karena nggak ngerti maksud pertanyaan Erik.
“maksudnya pesan apa?” tanya Mika penasaran
“pesan makam,hhe” jawab Erik
“o.. dasar kirain pesan apa. Nanti aja pesannya..hhe”
Mereka pun bercanda, dan tidak terasa mereka sampai di suatu tempat yang ramai karena saat itu sedang ada pasar mingguan. Mika pun meminta Erik untuk menurunkannya di tempat itu karena ada sesuatu yang harus Mika beli. Sementara Erik pamit pulang karena harus pergi ke rumah temannya. Namun, setelah Mika mengetahui bahwa Erik mau ke rumah temannya, dia pun merasa nggak enak karena dia telah mengganggu waktu Erik. Ingin rasanya Mika meminta maaf namun tidak sempat karena Erik langsung pergi.

Nantikan Aku di Batas Waktu (bagian 7)

“Cindy…” teriak Ruli berjalan ke arah Cindy
“hi, dasar ndut pake lari segala” ledek Cindy
Ruli pun mendekatinya. Nafasnya terengas-engas. Dia pun langsung menyodorkan sebuah kerta yang lipat.
“apa ini?” Tanya Cindy penasaran sambil membolak-balik kertas tadi
“itu surat dari kak Arsyil”
Cindy kaget. Dalam hati Cindy berguman. Mimpi apa ya semalam aku bisa dapat surat dari kak Arsyil? Tapi apa isinya? Apa dia mengungkapkan isi hatinya. Cindy senyum-senyum. Tak terasa tangan Ruli tepat di depan muka Cindy.
“Cin, kok bengong? Hello,,, ayo cepat baca suratnya, gw jd penasaran nih, kali aja dia nembak lw..” ujar Ruli tak sabar
“ah kamu bisa saja, kayanya nggak deh, mana mungkin dia suka sama aku.”
“ya udah makanya buka suratnya lalu baca..hhe”

“mmm…” perlahan Cindy membuka dan membacanya

Assalamualaikun WR. WB
 Bismillahirrahmanirrahim…
Sebelumnya kakak mau minta maaf, mungkin kedatangan surat ini mengganggu aktifitasmu. Namun, ada hal yang akan kakak sampaikan.
Sejak pertama lihat kamu, jujur kakak kagum dan mulai menyukaimu. Tapi apa daya, kakak seorang yang pengecut, hingga tak bisa mengatakan dan mengeluarkan isi hati kakak selama ini sama kamu. Walaupun melalui tulisan ini, tapi kakak sangat senang karna akhirnya kamu tau bagaimana perasaan kakak.
Jujur, kakak juga bingung kenapa perasaan ini muncul dengan cepat. Tapi sekarang kakak nggak berharap lebih dari kamu, karena kakak tau dan mengerti bagaimana kamu. Doa kakak setiap waktu, mudah-mudahan rasa sayang dan cinta yang kakak rasakan ini berasal dari Sang Khalik karena Dia yang Maha Kuasa, Dia yang bisa memberi cinta kepada makhluk-Nya. Dan hanya Dial ah yang mengatur semua ini, Dia yang Maha Berhak atas segalanya.
 Hanya itu yang bisa kakak sampaikan. Sekali lagi kakak minta maaf sudah mengganggu dan telah lancang seperti ini.
Wassalamualaikum WR. WB

Air mata Cindy tak terasa menetes. Ruli pun bengong melihatnya.
          “Cin, kenapa?” Tanya Ruli
          Cindy pun langsung memberikan surat itu pada Ruli. “Subhanallah… sekarang Allah sudah menunjukkan dan menjawab semua kegelisahan lw Cin.” Ujar Ruli
          “iya Li, aku juga nggak menyangka. Ternyata kak Arsyil pun menyukaiku. aku benar-benar bahagia. Walaupun dia tidak mengatakannya langsung tapi yang penting aku tau”
          “iya Cin, Cindy juga ikut senang kok, terus jawaban lw gmn? Pasti lw langsung nerima dia kan?”
          “mmm… aku masih bingung Li, kamu kan tau aku gimana? Lagian dalam surat itu kak Arsyil hanya menyampaikan isi hatinya, bukan nembak”
          “ya elah, sama aja kali Cin. Tapi ya udah semuanya terserah lw aja, gw hanya bisa berdoa. Mudah-mudahan apapun keputusan lw, itulah yang terbaik buat lw maupun kak Arsyil..”
          “iya Li, makasih yaa..”
          “sip. Eh Cin, yuk ah kita masuk kelas, kayanya udah mulai tuh.
         “okeh deh” ujar Cindy sambil melipat kembali surat itu dan memasukannya ke tas selendangnya. 
Semenjak itu, Cindy rajin melaksanakan shalat istikharah karena dia nggak mau salah memilih. Setelah beberapa kali dia melakukan istikharah, hatinya semakin yakin bahwa Arsil lah cowo yang Allah kirimkan untuknya dan bisa menjadi imam untuk dia dan anak-anaknya kelak.
Sebulan kemudian, walaupun Cindy dan Arsyil masih kuliah, mereka pun melangsungkan pernikahan karena mereka tidak mau menunda-nunda sunah Rasul tersebut. Apalagi Arsyil sudah merasa mapan dan yakin akan pilihannya serta sebulan lagi Arsyil di wisuda.
Bertahun-tahun mereka mengarungi bahtera rumah tangganya dengan penuh kebahagiaan dan melahirkan anak-anak yang shaleh dan shalehah.

Nantikan Aku di Batas Waktu (bagian 6)

“Cindy…”. Teriak Anton
          Cindy pun menghentikan langkah. Anton berlari menghampiri Cindy. Anton adalah teman sekelasnya. Dia seorang pengajar juga di salah satu madrasah.
          “hei, kenapa?”. Tanya Cindy penasaran
          “Cindy, nanti malam katanya mulai perlombaan ya?”.
          “iya Ton, emang kenapa gitu?”
          “yaa.. takut salah aja, habisnya saya lupa,, hhe” ujar Anton sambil menggaruk-garuk kepala
          “yaa, dasar. Tapi anak-anakmu sudah disiapkan buat lombanya?”
          “iya dunk, Alhamdulillah sudah.”
          “Syukur atu kalo begitu”
          Cindy dan Anton berjalan menuju kelas. Sesampainya depan kelas, Cindy melihat Ruli dan kak Arsyil sedang bercakap-cakap. Setelah melihat kedatangan Cindy dan Anton,  Ruli pun memanggil Cindy.
          “Cindy, akhirnya datang juga.” Ujar Ruli. Kak Arsyil tersenyum. Cindy pun langsung menghampiri mereka.
          “oya Cindy tau nggak dari tadi kak Arsyil nungguin lw.” Ujar Ruli. Cindy melihat ke arah  Arsyil seakan tak percaya dengan perkataan Ruli.
          “iya Cin, maaf ganggu. Ada yang mau saya tanyain.” Ujar kak Arsyil. Ruli melirik Cindy sambil tersenyum. “mmm, ya sudah gw masuk dulu ya, nitip Cindy ya kak”. Ujar Ruli iseng. Arsyil menganggukkan kepalanya.
          “ada perlu apa ya kak?”. Tanya Cindy penasaran
          “ini Cin, nanti malam kayanya saya datang terlambat soalnya harus nganter adik berobat dulu, jadi saya mau minta tolong agar kamu yang ngurusin anak-anak nanti”.
          “o… iya kak, insyallah saya bantu, tapi emangnya adik kakak sakit apa?”. Tanya Cindy khawatir
          “nggak apa-apa ko Cuma harus chedck up aja. Makasih ya udah mau bantu. Pokonya kalo urusannya udah kelar, saya langsung ke kantor kecamatan.”
          “oo.. baik kak, oya salam buat adiknya.”
          “oke, ya udah saya permisi dulu ya. Assalamualaikum..”
          “waalaikumsalam”.
          Kak Arsyil pun langsung pergi. Sementara Cindy langsung masuk kelas. Di dalam kelas Ruli nampak tersenyum-senyum.
          “ehm… “ ejek Ruli
          Cindy hanya geleng-geleng kepala. Cindy pun langsung duduk di kursi yang bersebelahan dengan Ruli.
          “jadi cewe itu?” ujar Ruli sambil menatap ke arah atap
          “hehe.. ternyata itu adiknya” jawabku sedikit nyengir
“tuh kan, makanya jangan langsung cemburu gitu deh”
ledeknya
“ikh,, siapa lagi yang cemburu?” ujar Cindy ngeles
“o… gitu ya? Syukur atu klo emang nggak cemburu”
***
          Cindy berjalan menuju tempat perlombaan. Di sana sudah banyak peserta yang datang. Anak-anak bimbingan Cindy dan Arsyil pun sudah berkumpul. Cindy menghampiri mereka dan memberinya semangat.
          “AssalamualCindym” sapa Cindy
          “waalaikumsalam ustdzh Cindy”
          “ustdzah ko sendiri, ust Arsyil mana?” Tanya Nina, salah satu anak bimbingannya
          “o..iya, ust Arsyilnya katanya masih ada urusan, tapi insya allah kesini ko”
          “o..gitu yaa… “
          Cindy pun mengajak anak-anak duduk di tempat yang sudah disediakan panitia.
          Jam menunjukan pukul 20.00 WIB, perlombaan pun dimulai. Para peserta sangat antusias dan penuh semangat.   
          Di tengah-tengah perlombaan, Arsyil pun datang. Anak-anak nampaknya bahagia. Arsyil pun duduk di samping Cindy. Cindy pun menjadi salting.

          Perlombaan telah usai, juri pun mengumumkan pemenangnya. Alhamdulillah, anak-anak bimbingan Cindy dan teman-teman menjadi juaranya. Cindy dan Arsyil mengucapkan selamat kepada mereka.