Semakin hari, Cindy semakin mengenal Arsyil. Dia
adalah sosok cowo yang selama ini Cindy inginkan. Namun, Cindy tidak berharap
lebih darinya. Cindy sadar, semuanya telah ada yang mengatur. Setiap hari Cindy
bertemu dengannya karena kebetulan mereka menjadi pengajar di salah satu
madrasah yang sama.
“ayooo.. lagi
ngapain?”. Tiba-tiba Ruli datang menghampiri Cindy dari belakang.
“kebiasaan deh kamu,
apa nggak ada kerjaan lain ya selain bikin kaget orang”. Ujar Cindy kesel
Ruli duduk di sampingnya.
Dia pun hanya tersenyum sambil menatap Cindy tajam. “mmm… kayanya kamu lagi
seneng ya? Ayoo cerita donk!”. Ujar Ruli sambil menunjuk-nunjuk jarinya kearah
Cindy.
“apaan sih, aku biasa
aja kok, emang tiap hari juga senang kan?”. Ujar Cindy mengelak
“masa?” Ruli tak
percaya. “mmm jangan-jangan ada hubungannya dengan kak Arsyil ya?.” Tambah Ruli
“idih, sok tau kamu.”
“udah deh nggak usah
bohong, gw juga tau kok kalo sekarang kak Arsyil ngajar di tempat lw juga
kan?”.
“hah, ko kamu tau?.”
Tanya Cindy penasaran
“haha,,gw gitu lo.”
“uh paling dari kak
Rio kan?”.
“mmm… tapi benerkan
lw seneng gara-gara itu?’.
“iya sih,,, tapi udah
ah nggak usah dibahas lagi.”
“kok gitu? Belum
apa-apa udah putus asa’.
“yey siapa yang putus
asa, ak Cuma nggak mau aja terlalu berharap”.
Ruli mengerutkan
keningnya. “jadi, lw beneran suka ya?”. Tanya Ruli.
“tau ah,, eh Li aku lupa
mau ngambil buku di Nola, bentar ya”. Ujarku sambil bergegas pergi.
“yaa.. ngelak terus’.
Kesal Ruli
Cindy berjalan menuju
SC yang terletak tak jauh dari taman kampus. Sesampainya di SC Cindy melihat
Nola sedang asik ngobrol dengan kak Arsyil. Perasaannya berubah nggak karuan. Cindy
pun perlahan menghampiri mereaka.
“assamualaikum”. Sapa
Cindy pelan
Nola dan kak Arsyil
pun langsung menatapnya dan menjawab salamnya.
“eh Cindy, sendiri
aja?”. Tanya Nola. Sementara kak Arsyil hanya tersenyum.
Cindy pun tersenyum
sambil mengangguk. “La, aku mau ngambil buku komunikasi, dibawa kan?”.
“oiya,,iya,, dibawa
kok.” Ujar Nola sambil mengeluarkan bukunya. “nih Cin, makasih ya.” Ujar Nola
Cindy pun langsung
pamit pergi. Ingin rasanya Cindy menyapa kak Arsyil yang dari tadi hanya
tersenyum, namun Cindy merasa malu.
Cindy pun bergegas
menghampiri Ruli yang sedang menunggu di taman. Perasaannya masih merasa nggak
enak. Pikirannya pun masih tertuju pada Nola dan kak Arsyil yang begitu akrab.
Sesampainya di taman Cindy pun mengajak Ruli
pulang dan mereka pun langsung berjalan menuju depan kampus. Cindy mencoba
melupakan kejadian tadi dan menyembunyikannya dari Ruli.
***
Seperti biasa sore
harinya Cindy sudah berada di madrasah. Di sana sudah banyak anak-anak yang
datang. Mereka bermain-main sambil
menunggu jam mengaji.
“assalamualaikum”.
Sapa kak Arsyil . Cindy pun menjawab salamnya. Kak Arsyil langsung menuju kelas
yang akan diajarnya. Cindy pun melanjutkan mengurus administrasi yang harus Cindy
bereskan karna kebetulan hari ini Cindy nggak ada jadwal mengajar.
Waktu
menunjukkan pukul 17.00 WIB. Pengajian pun
telah selesai. Cindy dan para ust lainnya mengadakan rapat untuk membicarakan
acara perlombaan yang akan dilaksanakan oleh kecamatan.
Rapat
pun dimulai. Arsyil dipilih menjadi penanggungjawab seluruh peserta lomba.
Awalnya dia menolak karena dia merasa orang baru tapi berkat dorongan yang
lain, akhirnya dia bersedia. Mereka mulai memilih anak-anak TPA dan anak-anak
tingkat SMP-SMA yang akan mengikuti perlombaan.
Adzan
magrib berkumandang, mereka pun bergegas untuk melaksanakan shalat berjamaah.
“dari
tadi aku perhatiin, kayanya dari tadi kamu ngeliatin kak Arsyil terus, ehm.. “
bisik Maya teman ngajar Cindy
“yey
masa sih? Waduh ternyata kamu dari tadi ngeliatin aku terus ya?”. Ujarku ngelak
“haha..
ya nggak sengaja aja. Lagian aku juga masih normal kali”. Ujar Maya sambil
memakai mukena
“ya
udah ah nggak baik mau shalat malah ngobrol terus.”
“mmmmm..
okeh deh” tutur Maya
Shalat
pun dimulai.
Setelah selesai rapat pun dilanjutkan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB. Rapat pun diakhiri.
“Cindy pulangnya bareng kak Arsyil
aja, bukannya kalian satu arah? Iya kan kak Arsyil?”. Ujar Maya melirik kak
Arsyil. Cindy tersentak kaget, kak Arsyil pun mengangguk.
Disisi lain Cindy merasa senang, tapi Cindy
pun merasa aneh melihat sikap kak Arsyil. Tapi ya sudahlah yang penting Cindy
bisa pulang karena malam semakin larut.
Diperjalanan pulang, kami hanya
terdiam. Kak Arsyil sangat khusyu mengendarai motornya.
Sesampainya depan pintu kosan tanpa
busa basi Cindy pun mengucapkan terima kasih pada kak Arsyil. Dan kak Arsyil
pun pamit pulang.
Setiap
malam Cindy selalu memohon dalam salatnya tentang perasaan yang sekarang dia
rasakan pada Arsyil. Karena dia yakin semuanya sudah ada yang mengatur. Bahkan
perasaan yang muncul sekarang ini pun dia percaya bahwa itu adalah sekenario
Allah untuknya. Dia berharap semoga Allah selalu membimbing dan menjaga
perasaannya agar dia tidak terjerumus di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar