Selamat Datang dan Selamat Membaca

You Raise Me Up (bagian 14)

Suatu hari di rumah Tina. Mika dan Tina asik menonton film favoritnya. Sudah lama mereka tidak bertemu dan menonton bareng. Sudah lama juga mereka tidak saling bercerita. Semenjak Tina sibuk dengan anak-anak didiknya, mereka sudah jarang bertemu kecuali berkomunikasi melalui ponselnya. Apalagi Wiwit yang sudah mempunyai anak dan rumahnya pun cukup jauh, sehingga perlu banyak waktu untuk pergi berkunjung.
“aduh filmnya bikin sedih” ujar Tina terdengar isak tangisnya
“emang,, makanya aku bawa ke sini juga,,hhe” jawab Mika
“bener ya bikin tisuku habis aja”
“ah lebay banget lw, oya kangen Wiwit. Lagi apa ya dia? Sms aku kemarin belum dia balas”
“sibuk kali, seminggu yang lalu dia sms, eh pas aku balas dia malah ngelelep, baru tiga hari kemudian dia ngebalas”
“kalo minggu kemarin ke aku juga sms sih tapi aku lupa balas,,he”
“uh dasar,, oya gimana hubunganmu sama kang tae jon mu?hihi”
“haha enak aja lw kang tae jon, film kali… hhe… ya gitu deh biasa aja”
“ya nggak asik ah kalian”
“maksud lo? Emang harus gimana gitu?”
“kamu masih ngarepin dia kan?”
“hmzz… nggak tau” ujar Mika sambil mengutak-ngatik hp nya. Tina pun mengecilkan volume laptopnya dan menghampiri Mika.
“kamu kenapa sih jadi gitu? Ada masalah lagi? Cerita donk dan kayanya udah lama ya aku nggak denger cerita kamu”
Mika hanya tersenyum. Keadaan menjadi hening. Tina menatap Mika dengan tajam.
“yey apaan sih serius amat?” Tanya Mika sambil memberikan boneka yang dari tadi dipegangnya.
“hahaha… habisnya kamu dari tadi ditanya malah kaya gitu”
“Na, kayanya aku harus lupain Erik tapi gimana caranya ya?”
“hah, kenapa ko ngomong gitu?” Tanya Tina sedikit kaget. 
“nggak tau deh, aku sendiri bingung. Sekarang aku Cuma pengen amnesia aja. Salah nggak sih kalo aku sayang dia?”
“heran deh tiba-tiba kamu nanya kaya gitu, ya nggak ada yang salah donk, hati maa siapa yang tau kan? Ah kamu maa aneh-aneh aja, bukannya kamu sendiri yang selalu bilang kalo hati nggak pernah bohong jadi kenapa sekarang harus disalahin, kalaupun salah… tau deh jadi bingung gw”
“sebenarnya aku sakit hati ma Erik, dia bilang kalo aku nggak ngerti. Maksudnya nggak ngerti kenapa bisa suka ma dia?”
“hah, Erik bilang gitu?”
“emang sih aku juga setuju ma dia, kenapa aku suka dia, kenapa harus dia?? Pas Erik bilang gitu, sebenarnya aku pengen banget bilang kalo aku juga nggak ngerti sama hati sendiri jadi dia jangan seenaknya bilang kaya gitu. Tapi tau lah..”
“kenapa kamu nggak bilang semua aja? Kadang aku juga berpikir kenapa kamu suka sama Erik? apa yang kamu suka dari dia? Selama ini kamu dekat  ama beberapa cowo, mereka semuanya baik dan mereka ternyata suka ma kamu, tapi kamu tolak. Sekarang kamu malah suka Erik dan malah dia cowo yang bisa bikin kamu benar-benar lupain Tara. Tapi aku nggak bisa marah-marah dan nyalahin kamu karena itu semua karena hati”
Mika hanya cengengesan sambil kembali mengutak-atik Hp. Mukanya sedikit memerah, air matanya seakan berebut ingin keluar, namun Mika mencoba untuk menahannya.
“sekarang kenapa kamu menyerah, ayo kejar dia?!” tambah Tina
“kamu? Emang aku cewe apakah? Nggak lah masa aku yang harus deketin dia? Lagian aku nggak mau gara-gara ini, Erik jadi benci dan nggak mau bersahabat lagi”
“ya elah, Erik bukan cowo seperti itu. Dan maksud aku tuh bukan kamu yang duluan tapi aku pengen kamu jangan menyerah gitu aja”
“hmmmzzz,, tau ah Na, aku udah bilang ke dia kalo aku udah nggak suka lagi ma dia dan aku pengen bantu dia dapetin cewe yang dia suka”
“apa? Nggak salah? Kamu tuh benar-benar ya, kenapa harus bohongin dia, bohongin kamu, dan membiarkan hati kamu terluka? Nggak ngerti deh gw”
Air mata yang dari tadi berebut ingin keluar, akhirnya keluar juga. Mika pun sedikit berteriak.
“maaf bukan maksudnya bikin kamu sakit hati, tapi….”
Belum selesai Tina bicara, Mika pun memotongnya..
“iya Na, nyantai aja aku nggak apa-apa ko. Aku memang nggak bisa bohong sama perasaan sendiri, tapi kadang aku takut dan aku emang berniat untuk nggak pacaran lagi, ternyata pacaran tuh kaya gitu ya? Aku nggak mau sampai terulang lagi. Kamu ngerti kan?”
“terus kalo suatu saat Erik juga suka kamu gimana?”
“wah nggak akan mungkin lah” jelas Mika sambil mengerutkan keningnya. 
“eh gw kan bilang, seandainya dia suka”
“hmzz,, ntahlah tapi rasanya nggak akan mungkin. Lagian mana mau dia sama aku. Mantannya aja cakep”
“mmm,, mulai deh membandingkan”
“hhe.. oya Na aku udah lama nggak ziarah ke makam alm. Nisa. Kalo kamu ada waktu, anter aku ya”
“o iya ya insya allah, aku juga kan belum pernah ke makamnya.”
“eh, kamu kemana aja?hhe.”

 Mereka pun mulai menonton film lagi sampai tak terasa waktu sudah semakin sore. Akhirnya Mika pun pamit pulang.
***  
“Ka, maaf ya aku nggak bias nganter kamu” ujar Tina dalam telponnya
“o.. ya udah nggak apa-apa”
“sekali lagi maaf ya, oya kenapa nggak ajak Juli atau Zahra aja?”
“ok deh aku coba ajak mereka, ya udah ya aku mau hubungi mereka dulu”
Mika pun menutup telponnya. Dia langsung menghubungi Juli dan Zahra. Namun, sayang mereka pun tidak bisa mengantarnya. 
Akhirnya Mika pun memberanikan diri meminta antar pada Erik. Ketika pertama kali dia mengetikan sms untuk mengajak Erik, hati Mika terasa deg-degan karena baru kali ini dia meminta tolong Erik untuk mengantarnya pergi ke suatu tempat. Ada keraguan dalam hatinya bahwa Erik akan menolaknya. Tapi dia mencoba mengirimkan smsnya.
Setelah sms itu terkirim, hati Mika semakin deg-degan menunggu balasan. Sudah hampir sepuluh menit, Erik pun belum membalasnya. Akhirnya Mika pun pasrah karena mungkin Erik lagi sibuk atau tidak memiliki pulsa untuk membalasnya. Mika pun langsung menyimpan hp nya dan kembali meneruskan hobinya mencurat-coret di laptop.
Hp Mika berdering, ternyata balasan sms dari Erik. Perlahan dengan hati deg-degan, Mika pun membaca pesan smsnya.
“nggak tau eum, soalnya besok tuh aku ada janji mau ke rumah teman, emang kamu mau diantar kemana?” isi balasan Erik
Setelah membacanya, Mika sedikit sedih namun dia tidak mungkin memaksa Erik. Mika pun membalas smsnya.
“o gitu ya, ya udah kalo kamu memang nggak bisa nggak apa-apa kok J. Tadinya aku pengen dianter ke suatu tempat, aku lagi kangen seseorang” jawab Mika
“o.,, ya udah kalo gitu besok aku hubungi kamu lagi ya” jawab Erik
“ok deh J
Malam semakin larut. Mika merasa gelisah menunggu hari esok. Menunggu kabar Erik. Dalam hatinya bertanya-tanya, kabar apa yang bakal dia dapat dari Erik. Namun, akhirnya Mika pun tertidur.
***
Pagi-pagi sekali Mika sudah bangun, namun belum ada kabar dari Erik. Dia pun memutuskan untuk pergi sendiri. Tapi ketika Mika mau pergi, Erik pun menghubunginya. Erik memberi tahu bahwa dia mau mengantar Mika. Mika pun senang dan langsung bergegas ke kosan Erik.
Sesampainya di kosan Erik, nampak Erik sedang asik mengobrol dengan teman-temannya. Setelah melihat Mika, Erik pun bersiap-siap, sementara Mika menghampiri teman-teman Erik sambil menunggu Erik.
Beberapa menit kemudian, Mika dan Erik berangkat menuju tempat yang mau Mika kunjungi. Sebuah makam tempat istirahat terakhir sahabatnya Nisa yang telah pergi meninggalkannya.
Sesampainya di pemakaman, Mika langsung mencari makam sahabatnya itu. Keadaan makam sangat berbeda jadi dia merasa kesulitan mencarinya. Erik yang dari tadi mengikuti di belakangnya nampak ikut mencari.
Akhirnya, makam sahabatnya pun ketemu. Mika langsung berjongkok di samping makam dan mulai mendoakan sahabatnya. Begitu pun dengan Erik, dia berdiri di samping Mika.
Setelah selesai, Mika dan Erik pun pulang. Hati Mika merasa senang karena bisa mengunjungi makam sahabatnya. Kerinduannya pun sedikit terobati.
“gimana kamu sudah pesan?” Tanya Erik
Mika pun terbengong karena nggak ngerti maksud pertanyaan Erik.
“maksudnya pesan apa?” tanya Mika penasaran
“pesan makam,hhe” jawab Erik
“o.. dasar kirain pesan apa. Nanti aja pesannya..hhe”
Mereka pun bercanda, dan tidak terasa mereka sampai di suatu tempat yang ramai karena saat itu sedang ada pasar mingguan. Mika pun meminta Erik untuk menurunkannya di tempat itu karena ada sesuatu yang harus Mika beli. Sementara Erik pamit pulang karena harus pergi ke rumah temannya. Namun, setelah Mika mengetahui bahwa Erik mau ke rumah temannya, dia pun merasa nggak enak karena dia telah mengganggu waktu Erik. Ingin rasanya Mika meminta maaf namun tidak sempat karena Erik langsung pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar