Salah satu kunci keluarga sakinah
adalah adanya saling memahami dan
menghormati antara suami istri dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya.
Seorang suami yang beriman, tentunya bisa memberikan dan mengarahkan istri
serta anak-anaknya untuk terus berada di jalan Allah Subhanallahu wa ta'ala. Begitupun dengan
istri yang shalehah, ia bisa menghormati dan memenuhi kewajibannya terhadap
keluarganya, terutama terhadap suaminya.
Memiliki
rasa hormat terhadap suami adalah perbuatan yang sangat mulia dan perbuatan ini
akan membawanya kepada keridhaan Allah Subhanallahu wa ta'ala. Syariat Islam telah menetapkan
seorang suami memiliki hak yang sangat besar terhadap istrinya, sampai-sampai
bila diperkenankan oleh Allah Subhanallahu wa ta'ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan memerintahkan seorang
istri sujud kepada suaminya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Seandainya aku boleh
memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan
seorang istri untuk sujud kepada suaminya. Dan tidaklah seorang istri dapat
menunaikan seluruh hak Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadapnya hingga ia
menunaikan seluruh hak suaminya. Sampai-sampai jika suaminya meminta dirinya (mengajaknya
jima’) sementara ia sedang berada di atas pelana (yang dipasang di atas unta)
maka ia harus memberikannya (tidak boleh menolak) (HR. Ahmad).
Sebagai
seorang istri yang shalehah, kita harus mencari keselamatan dari adzab Allah Subhanallahu wa ta'ala melalui suami, yakni dengan cara menghormati serta menunaikan hak-hak
suami. Hal ini karena suami adalah jembatan untuk meraih kenikmatan surga atau
bisa juga sebaliknya malah membawa dirinya ke jurang neraka.
Ketika
kita menghormati dan melaksanakan apa yang suami perintahkan selama apa yang
diperintahkan olehnya tidak menyimpang, maka kita harus benar-benar menurutinya
dan semata-mata mengharap ridha
Allah Subhanallahu wa ta'ala. Lantas, bagaimana caranya kita menghormati suami? Hal ini bisa kita ambil
contoh kasus, yakni ketika dalam waktu yang bersamaan orangtua dan suami menyuruh
kita, apakah kita harus mendahulukan perintah orangtua yang telah melahirkan
kita atau perintah suami?
Perlu
kita perhatikan, orangtua adalah seseorang yang telah melahirkan dan
membesarkan kita. Akan tetapi, ketika kita sudah berumah tangga, maka hal yang
harus pertama kita lakukan adalah menaati apa yang telah diperintahkan suami, karena
kita sudah menjadi tanggung jawab suami. Dengan demikian, jika ada kasus
seperti contoh di atas, ketika dalam waktu bersamaan orangtua dan suami
menyuruh kita, maka kita harus mendahulukan kepentingan suami. Hal ini
berdasarkan firman Allah Subhanallahu wa ta'ala, …maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)… (QS. an-Nisaa’: 34)
Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyyah pun mengatakan dalam Majmu Fatawa(32/261), “Seorang
perempuan jika telah menikah maka suami lebih berhak terhadap dirinya
dibandingkan kedua orang tuanya dan mentaati suami itu lebih wajib dari pada
taat orang tua”.
Ketika kita memilih mendahulukan perintah suami daripada perintah
orangtua, maka itulah cara kita untuk menghormati suami. Selain itu, masih
banyak juga cara kita dalam menghormati suami, yakni ketika kita akan melakukan
ibadah sunat, seperti puasa, maka kita harus meminta izin dahulu terhadapnya.
Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Tidak
diperbolehkan bagi seorang perempuan berpuasa di saat suaminya di rumah,
kecuali dengan seizinnnya (HR. Bukhari).
Menghormati
serta mendahulukan kepentingan dan kemauan suami lebih besar pahala yang akan
kita dapatkan dibandingkan ketika mengerjakan ibadah sunat lainnya. Untuk itu,
marilah kita senantiasa terus meraih ridha suami serta ridha Allah Subhanallahu wa ta'ala untuk
menuju surga-Nya, karena istri-istri yang menghormati suaminya adalah
istri-istri calon penduduk surganya Allah Subhanallahu wa ta'ala. Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar